FAKTA HUKUM, Jumat (25 Oktober 2024). KOTA KUPANG - Dalam pemilihan kepala daerah tahun 2024, perdebatan tentang arah pembangunan Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menjadi pusat perhatian. Seperti yang kita saksikan dalam debat pertama calon gubernur NTT pada Rabu 23 Oktober 2024, dengan tema "Transformasi dan inovasi pelayanan publik bagi percepatan penyelesaian persoalan daerah di Nusa Tenggara Timur" sangat dinantikan oleh seluruh masyarakat NTT.
Sayangnya, alih-alih menawarkan ide-ide segar, dari tiga (3) kandidat ada yang justru lebih fokus pada klaim pencapaian masa lalu. Ini menjadi kekhawatiran serius, mengingat tantangan yang dihadapi NTT sangat dinamis dan membutuhkan solusi yang progresif serta kreatif.
NTT adalah provinsi yang kaya akan potensi alam dan budaya, namun juga dihadapkan pada masalah mendasar seperti kemiskinan, ketimpangan infrastruktur, dan terbatasnya akses terhadap layanan dasar. Oleh karena itu, gubernur yang nantinya akan memimpin NTT harus memiliki visi yang lebih dari sekadar melanjutkan program yang sudah ada. Inovasi diperlukan untuk menjawab masalah-masalah tersebut dengan cara yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Sayangnya, ada kandidat terjebak dalam pola "klaim pencapaian" di mana mereka cenderung berfokus pada apa yang telah dilakukan selama ini, tanpa memberikan visi yang jelas tentang bagaimana mereka akan melakukan terobosan baru. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye politik masih sering terpaku pada pola lama, yaitu memberikan janji-janji berdasarkan program yang sudah pernah dicanangkan, bukan menawarkan hal baru yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Ada yang mengklaim telah "melakukan sesuatu" dalam periode jabatan sebelumnya. Namun, yang dibutuhkan masyarakat bukan sekadar rutinitas pencapaian masa lalu, melainkan terobosan yang mampu mengubah tatanan kehidupan secara signifikan. Misalnya, alih-alih sekadar mengatakan telah membangun infrastruktur, calon pemimpin perlu menawarkan cara-cara baru untuk mempercepat pembangunan dengan memanfaatkan teknologi, melibatkan sektor swasta, dan memaksimalkan partisipasi masyarakat lokal.
Inovasi bukan hanya berarti menciptakan hal baru, tetapi juga cara berpikir yang lebih adaptif dalam menghadapi perubahan zaman. Pemimpin yang inovatif mampu melihat jauh ke depan, menganalisis tren global, dan mengaplikasikannya secara kontekstual untuk NTT. Contoh terobosan yang diharapkan antara lain strategi baru dalam memperbaiki sektor pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil, penggunaan energi terbarukan untuk mengatasi masalah listrik, serta peningkatan sektor pariwisata dengan konsep ekowisata yang berkelanjutan.
Retorika tanpa bukti konkret sudah sering kita dengar dalam berbagai kampanye politik. Masyarakat NTT kini semakin kritis dan berharap lebih dari sekadar janji-janji. Mereka menginginkan langkah konkret yang bisa langsung dirasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, debat pilkada harus menjadi ajang di mana para kandidat menunjukkan program-program dengan parameter yang jelas, terukur, dan realistis.
Contohnya, bagaimana calon gubernur akan menangani masalah ketenagakerjaan yang selalu menjadi tantangan besar di NTT? Apakah mereka memiliki rencana konkret untuk meningkatkan investasi dan membuka lapangan kerja? Atau hanya akan mengulang janji-janji yang sama seperti pemimpin sebelumnya?
Inovasi dan terobosan juga tidak bisa terjadi tanpa adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Dalam debat, calon pemimpin perlu menjelaskan bagaimana mereka akan membangun kolaborasi yang lebih solid dan partisipatif. Terobosan seringkali muncul dari sinergi yang baik antar pihak, bukan dari klaim individual semata.
Kepemimpinan yang inklusif dan berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal menjadi kunci sukses dalam menghadirkan perubahan di NTT. Hal ini bisa diwujudkan, misalnya, dengan memberikan ruang lebih besar bagi komunitas lokal untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Debat pertama calon Gubernur NTT harus menjadi ajang bagi para kandidat untuk menawarkan inovasi dan terobosan, bukan sekadar klaim pencapaian masa lalu. Masyarakat NTT membutuhkan pemimpin yang mampu melihat tantangan ke depan dengan cara-cara baru, yang lebih kreatif, progresif, dan berkelanjutan. Tantangan-tantangan seperti kemiskinan, akses terhadap layanan dasar, dan infrastruktur membutuhkan solusi inovatif, bukan sekadar janji kosong atau retorika kampanye.
Dengan begitu, Pilkada 2024 di NTT bisa menjadi titik awal perubahan besar yang didasarkan pada visi pembangunan yang lebih segar dan relevan dengan kebutuhan zaman.****
Oleh : Etmon Oba, S.H
Penulis adalah Pegiat Media Massa